Berdoa Di Facebook, Bolehkah ?

Orang dan media sosial kini seolah tak terpisahkan. Setiap detik peristiwa rasanya tidak afdol rasanya kalau tidak ditulis dalam status di media sosial. tak peduli  apa pun kondisinya, baik sedih, senang, maupun galau bisa terlihat di status-status Facebook, Twitter, serta media sosial lainya.

Kehadiran media sosial seperti facebook bukan saja mengubah gaya hidup dan komunikasi, tapi juga mengubah gaya berdoa. Kini banyak Facebooker (pengguna Facebook) dan Tweeps (pengguna twitter) yang berdoa di status FB dan Twitternya. "Ya Allah..." dan "Ya Rab...." demikian mereka menulis.

Berdoa Di Facebook

Setiap doa pada dasarnya baik. Ketika doa dituliskan dalam sebuah forum dengan harapan orang lain akan melihat dan ikut mendoakannya. Jika kemudian orang bersimpati akan memberikan komentar yang baik. 
Tidak diketahui secara pasti mengapa seseorang berdoa melalui status Facebooknya. Bisa jadi ada yang benar-benar tulus berdoa, ada yang hanya berdoa di Facebook hanya sebagai ajang untuk mencari eksistensi diri. Atau berdoa hanya agar orang lain merasa simpati dengan dirinya. Lalu berharap temannya di Facebook menyapa dan menanyakan keadaannya hanya untuk mengilangi rasa kesepian yang sedang di alaminya.

Harapannya, dengan diunggah ke media sosial banyak orang yang termotivasi kemudian ditiru orang lain. Terlebih, ungkap Ustaz Yunahar, banyak doa yang dicontohkan oleh Alquran dan hadis. Menyampaikan doa-doa tersebut di media sosial juga termasuk bagian dari dakwah.

Namun, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini menggarisbawahi, jika doanya berupa doa pertobatan, sebaiknya tidak dibuat menjadi status di media sosial. Terlebih dalam munajat doa tobat tersebut disebutkan aib-aib yang telah lalu. Pada hakikatnya, seorang Muslim dianjurkan untuk menutupi aibnya sendiri. Terlebih, mencari-cari aib orang lain sangat keras larangannya.

Allah SWT berfi rman, "Wahai orangorang yang beriman! Jauhilah ke banyakan dari prasangka, karena se sungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan aib orang lain; dan janganlah kamu mengumpat sebagian yang lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh karena itu, jauhilah larangan-larang an yang tersebut) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (QS al-Hujurat: 12).
Baca juga

Dalam adab-adab berdoa, Allah juga lebih menyukai doa yang dipan jat kan dengan lirih. Jika doa itu un tuk pribadinya dan diumbar ke me dia sosial, dikhawatirkan akan mengu rangi keikhlasan doa orang yang me manjatkannya. Allah SWT berfi rman dalam Alquran surah al-Isra ayat 110. "Janganlah kalian mengeraskan doa kalian dan janganlah pula meren dahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu." Di ayat lain Allah SWT menegaskan adab berdoa dengan ucapan yang lirih.

"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (QS al-A’raf: 55). Kalimat orang-orang yang melampaui batas dalam ayat tersebut dimaknai sebagian ulama sebagai anjuran untuk tidak berdoa dengan banyak sajak dan mendayu-dayu.

Keikhlasan dalam berdoa juga sangat penting. Ikhlas adalah memastikan jika motif seseorang berdoa bukan kare na ingin dipuji ia sebagai orang saleh, melainkan benar-benar hanya mengharapkan pertolongan kepada Allah SWT semata. Allah SWT berfi rman, "... maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepa da- Nya semata-mata. (Mereka berka ta): ‘Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur." (QS Yunus: 22).

Membuat status doa di media sosial yang akan diketahui orang lain bisa menimbulkan banyak perangkap-perangkap keikhlasan. Dikhawatirkan muncul sanjungan atau bahkan komentar negatif yang saat ini mudah sekali dibuat para pengguna media sosial.

Lewat media apa pun, sesungguhnya Allah SWT bisa mendengar doa kaum Muslimin. Termasuk mereka yang meng hujamkan harap hanya lewat hati. Allah SWT Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Allah SWT berfi rman, "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada- Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (QS al-Baqarah [2]: 186).

Seorang Muslim juga tidak boleh men doakan keburukan orang lain. Di media sosial, orang dengan sangat mudah memvonis seseorang dengan perangai buruk. Tak jarang muncul doa-doa keburukan yang ditujukan kepada orang yang tidak sesuai dengan pendapat orang lain.

Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Daud, Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kalian mendoakan keburukan untuk diri kalian, jangan mendoakan keburukan untuk anak kalian, jangan mendoakan keburukan untuk pembantu kalian, jangan mendoakan keburukan untuk harta kalian. Bisa jadi ketika se orang hamba berdoa kepada Allah bertepatan dengan waktu mustajab, pasti Allah kabulkan."

Mengenai status di media sosial, Ustaz Yunahar berpendapat sama hukumnya dengan lisan. Lisan tidak dimaknai secara harfi ah sebagai mulut, tetapi juga termasuk tulisan di buku, surat kabar, maupun media sosial. Hal ini merujuk pada hadis, "Barang siapa di antara kamu melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, jika kamu tidak mampu maka cegahlah dengan lisanmu ...." (HR Muslim).

Oleh karena itu, tidak boleh seseorang mendoakan keburukan atau memaki seseorang di media sosial. Sebab, "Seorang Muslim adalah seseorang yang orang Muslim lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya." (HR Bukhari Muslim). Hadis tersebut menunjukkan meski sekadar status, hukumnya sama dengan perkataan lisan.

Setiap perkataan dan status yang dibuat jelas akan dimintai per tang gungjawabannya di akhirat kelak meski sang pembuat status adalah ano nim. Karena Allah dan para malaikatnya mencatat setiap perbuatan anak hamba. Wallohu A’lam.

Berkomentarlah dengan sopan

Post a Comment (0)
Previous Post Next Post